Rabu, 25 September 2013


BUSANA DAN STATUS SOSIAL

Ajining diri soko ati budi lan pakerti..ajining saliro soko busono demikian falsafah kuno dari nenek saya yang entah dari mana beliau mendapatkan kata2 itu yang mana dalam terjemahan secara harafiah yang saya tangkap berarti bahwa orang di hargai karena hati ,kelakuan dan perbuatanya dan penampilan  seseorang di hargai karena pakaian yang di kenakanya.Mungkin ini hanyalah falasafah kuno yang bagi sebagian orang sudah tidak relefan lagi. Tapi kalau kita cermati lebih dalam lagi ternyata itu masih berlaku sampai saat ini ..entah di sadari atau tidak , kita masih memakai falsafah itu sebagai setandar (dasar) dalam menilai seseorang dalam kapasitasnya sebagai mahluk sosial .

Saya tidak akan mengupas lebih dalam masalah budi pekerti karena memang bukan kapasitas saya untuk membahas masalah itu..tapi di sini saya akan membahas masalah busana dalam kaitanya dengan hubungan sosial .

Saya mohon maaf sebelumnya bagi para pembaca yang lebih tahu dari saya atau yang berpikir bahwa saya sok “keminter”.bukan maksud saya untuk menggurui atau merasa lebih tahu .Tapi disini saya hanya akan sedikit sharing tentang sesuatu yang menurut saya sangat menarik buat saya yang mana saya harapkan di titik baliknya nanti ini bisa jadi pembelajaran buat saya dan bermanfaat bagi sesama .Karena saya  yakin ilmu apapun itu, bukan hanya bisa di peroleh dari bangku sekolah atau kuliah ,tapi pada perkembanganya lebih banyak berasal dari pengalaman ...baik itu dari pengalaman dari keberhasilan maupun kegagalan.Dan di luar dari semua itu saya yakin bahwa semua pengetahuan akan bermanfaat dan berkembang kala pengetahuan itu di bagikan seberapapun kecilnnya pengetahuan itu.

Kembali ke masalah busana , banyak orang yang punya setandar dan pandangan sendiri2 masalah tata cara berpakaian yang baik,yang harus gini lah ..atau harus gitu lah ...jadi pada akhirnya terjadi semacam setandarisasi masalah berpakaian..ada pakain pesta..pakaian malam ,pakaian anak2 ,pakain dewasa pakaian tante2, pakaian nenek2,.hehehe...

Cuma yang heranya..kalau kita amati lebih jauh lagi..yaitu tadi ..semua setandar itu tidak baku dan tetap...karena apa yang jadi setandar saat ini (itupun tidak berlaku bagi setiap orang) tidak berlaku lagi dalam setahun atau dua tahun yang akan datang. Karena menurut hemat saya(dan sesuai dengan apa yang saya amati) semua setandar itu berubah seturut berubahnya perkembangan jaman ,ekonomi dan gaya hidup.saya tidak perlu memberi contoh di sini karena saya yakin para pembaca pun mengalami dan mengamati perjalanan mode busana .karena semua orang di sadari atau tidak jadi pelaku dalam perubahan mode busana itu sendiri

Jadi kesimpulan saya yang namanya setandar busana yang berlaku bagi setiap orang dan sepanjang waktu itu, sebenarnya tidak ada ...yang ada setandar busana yang di akui(di ikuti) oleh sebagian besar orang(mayoritas) dan itupun selalu bergerak dinamis/tidak tetap. 

PERANCANG BUSANA

Salah satu faktor penting yang menyebabkan bergantinya mode busana adalah perancang busana, kenapa? karena merekalah yang menciptakan busana itu sendiri .Lalu dari mana (atas dasar apa dia merancang suatu busana) di sini saya berpendapat jiwa seni ..karena saya berpendapat karya busana adalah karya seni...karena seperti hasil karya seni yang lain..suatu hasil karya busana(yang baik) tidak bisa di hasilkan oleh semua orang ...butuh kepekaan seni untuk bisa menciptakan suatu busana. baik itu buat perseorangan maupun buat  masyarakat luas(tren mode) .

Kepekaan seni yang saya maksud disini adalah kepekaan akan aspek/ unsur sosial,ekonomi,budaya,lingkungan .. dan banyak aspek/unsur lain yang sedang terjadi saat  itu, di padan kan dengan  mode busana yang di cipta...sehingga di dapatkan keselarasan /keindahan busana yang di akui dan di nikmati banyak orang.

Dan karena jiwa seninya ...seorang perancang busana bisa menciptakan busana yang bisa selaras dengan karakter maupun bentuk tubuh pemakainya sehingga pada akhirnya bisa menambahkan nilai lebih dari penampilan seseorang ...tampil lain dari pada yang lain tanpa meninggalkan nilai budaya, estetika dan kepatutan yang berlaku di masyarakat . Yang mana secara otomatis memberikan tempat/setatus tersendiri dalam pergaulan di masyarakat .”ajining saliro soko busono”.

Demikian , sedikit yang bisa saya tulis di sini...mohon maaf bila pandangan/ tulisan saya berbeda dengan pandangan  sebagian pembaca ...sekali lagi saya sampaikan bahwa saya di sini hanya mengeluarkan/sharing apa yang menarik dalam kehidupan saya ,dan saya yakin ada banyak perbedaan pandangan tentang hal ini, karena saya percaya suatu obyek bisa di lihat dari berbagai sudut pandang dan sudut pandang tiap orang berbeda – beda.Saya harapkan perbedaan yang yang ada bisa menambah pengetahuan buat saya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Salam Hormat